Minggu, 30 Agustus 2009

Pesantren Ramadhan 1430 H

Assalamu'alaikum Wr Wb.

Alhamdulillahirabbil'alamin, akhirnya Ramadhan 1430 H sudah tiba. sekarang saatnya bagi kita untuk memperbanyak amal ibadah. Mari kita sucikan hati di hari yang fitri. Maka dari itu, kami selaku Pengurus OSIS MAN 2 Kota Bekasi akan mengadakan kegiatan "Pesantren Ramadhan 1430 H + Iftor Jama'i". Insya Allah acara tersebut akan dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Kamis - Sabtu/ 10 - 12 September 2009
Waktu : 07.30 s/d selesai
Tempat : Aula Kampus Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bekasi
Hiburan : Nasyid dan Marawis

Demikian undangan ini kami sampaikan. Besar harapan kami, antum/na semua bisa menghadiri acara tersebut. Terimakasih atas perhatiannya.
Jazakumullah Khairan Katsiran

Assalamu'alaikum Wr Wb

Baca Selengkapnya...... Read More..

Dari Ramadhan Menuju Syawal


(Menjaga Kesinambungan Ibadah)

Oleh: Nasrullah Jasam, MA.

Bulan puasa yang sedang kita jalani ini sebentar lagi akan berakhir, bulan yang penuh berkah akan segera meninggalkan kita semua, bulan yang disebut oleh salah seorang pujangga Arab sebagai bulan revolusi karena semua aktivitas manusia berubah seratus delapan puluh derajat di bulan itu. Jika di bulan-bulan lain kita sarapan di pagi hari kemudian disusul makan siang dan setelah itu ditutup dengan makan malam, maka pada bulan puasa semuanya berubah total, kita hanya makan saat sahur dan saat berbuka puasa, waktunya pun hanya menjelang subuh sampai terbenamnya matahari. Ditambah lagi jika pada bulan-bulan biasa waktu kita dihabiskan dengan hal-hal seperti menonton televisi, bicara ngalor-ngidul, maka pada bulan puasa kita habiskan dengan membaca Al-Qur'an, beri'tikaf di Masjid, shalat tarawih berjamaah dan mungkin juga dengan shalat tahajjud.

Dengan demikian nyatalah bahwa bulan ramadhan bagi seorang muslim adalah bulan penggemblengan dan penempaan diri selama 29/30 hari. Dirinya ditempa sedemikian rupa diajarkan untuk bisa menguasai diri sehingga kelak mampu menghadapi 11 bulan yang akan ia jalani setelahnya. Pada 11 bulan itulah ujian yang sesungguhnya, dimana berhasil tidaknya puasa seseorang bisa dilihat dari ada atau tidaknya perubahan kearah yang lebih baik pada diri orang itu. Jika bulan ramadhan adalah bulan yang sangat agung, bulan yang penuh kebaikan, maka sesungguhnya seluruh bulan adalah merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik dan membekali diri untuk di hari akhirat kelak. Ibadah bukan hanya dilakukan di bulan ramadhan saja atau bulan-bulan tertentu tetapi hidup ini seluruhnya adalah ibadah, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 99 "Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kematian".

Jadi sudah merupakan keharusan bagi kita untuk melanjutkan segala bentuk amal ibadah yang kita lakukan dengan giat dan penuh semangat pada bulan ramadhan baik itu ibadah shalat, puasa, berdzikir, shadaqoh dan ibadah-ibadah lainnya pada bulan berikutnya, karena sesungguhnya salah satu ciri diterimanya amal yang baik adalah diikuti dengan amal yang baik lagi.

Sekarang kita telah tiba di penghujung ramadhan dan akan segera menyambut bulan Syawal, kita tidak ingin amal ibadah kita terhenti dengan berakhirnya ramadhan, untuk itu kita harus terus berupaya memelihara "identitas takwa" yang mudah-mudahan kita dapatkan di bulan ramadhan ini, karena memang demikianlah sesungguhnya tujuan puasa.

Memelihara Dan Mempererat Tali Persaudaraan

Ada sebuah tradisi yang sangat baik di negara kita yang mungkin jarang kita temui di negara-negara lain, bahkan di Maroko pun saya tidak menemui tradisi ini, yaitu setiap setelah melaksanakan shalat ied orang muslim Indonesia selalu bersalam-salaman satu sama lain dengan penuh haru dan diiringi dengan permintaan maaf, hal ini biasanya dilakukan tidak cukup dengan hanya di Masjid saja setelah shalat ied tapi juga dilanjutkan dengan saling mengunjungi satu sama lain dengan membawa anggota keluarga, dan tukar-menukar makanan.

Disalah satu daerah di Jawa Tengah tepatnya kabupaten Banyumas, penduduknya memiliki tradisi membuat ketupat khas lebaran yang mereka sebut ketupat udhar luwar. Ketupat ini dirasa paling mewakili pengahayatan akan makna lebaran. Udhar luwar berarti lepas atau bebas, yaitu perasaan lepas dari berdosa terhadap Allah SWT karena telah melaksanakan puasa selama sebulan penuh juga merasa bebas dari rasa dengki, iri, dan dendam terhadap manusia. Semangat semacam inilah yang tersimpan dalam ketupat udhar luwar itu, oleh karenanya lebaran tidak akan lengkap jika tidak ada udhar luwar seperti tidak lengkapnya seseorang yang mengakhiri ramadhan karena dalam dirinya masih ada perasaan dengki, iri, dan dendam terhadap manusia.

Dengan demikian lebaran bisa dijadikan moment yang tepat untuk membangun rekonsiliasi. Sebagai manusia kita yakin pasti memiliki kesalahan terhadap orang lain baik disengaja atau tidak, mungkin kita pernah berbicara yang dapat menyinggung perasaan orang lain meskipun niatnya tidak demikian atau mungkin juga kita pernah bersikap kurang simpati sehingga menimbulkan rasa tidak suka terhadap orang lain. Kita yakin sebagai manusia yang tidak akan luput dari kealpaan, hal tersebut pernah kita lakukan. Mungkin di bulan-bulan lain kita merasa segan untuk sekedar meminta maaf, maka di saat lebaranlah yang paling tepat untuk melakukan itu. Dalam kontek ke-Indonesia-an, ini bisa tercermin dengan tradisi saling mengunjungi seperti telah disinggung diatas, dengan saling mengunjungi berarti menyambung kembali komunikasi yang pernah terputus dan merajut kembali tali persaudaraan. Bagi kita masyarakat Indonesia yang ada di Maroko mungkin rekonsiliasi ini bisa kita lakukan saat shalat ied berjamaah di KBRI dan acara-acara open house di kediaman para diplomat, meskipun selama ini kita sering bertemu baik saat acara berbuka puasa bersama ataupun acara-acara lainnya, tetapi hari lebaran tentunya memiliki "rasa" yang lain.

Perlu diingat, jika puasa bertujuan untuk membentuk manusia bertakwa, maka salah satu ciri orang bertakwa yang disebutkan Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 134 adalah "Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang".

Sungguh sangat ideal jika kedua sifat ini ada dalam diri seseorang, tidak mudah marah dan jika marah sekalipun akan mudah memberikan maaf kepada orang yang berbuat salah. Mungkin banyak orang yang bisa menahan marah tapi berapa banyak yang mudah memaafkan atau sebaliknya mungkin banyak orang yang mudah untuk memberikan maaf tapi berapa banyak yang bisa menahan amarahnya, oleh karena itu orang yang bertakwa adalah orang yang memiliki dua sifat ini di dalam dirinya.

Puasa Sunah Syawal

Seperti sudah disinggung diatas bahwa salah satu ciri diterimanya amal kebaikan ialah dengan diikuti oleh amal kebaikan selanjutnya, setelah Allah mengaruniakan kita dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah, Allah SWT memberikan kepada kita amalan lain di bulan Syawal yaitu berupa puasa sunah Syawal selama 6 hari, puasa sunah ini memiliki ganjaran yang sangat luar biasa, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW Bersabda "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa 6 hari di bulan Syawal, maka seperti halnya puasa sepanjang tahun".

Dari hadist diatas jelas sekali bahwa seorang muslim yang telah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan puasa sunah 6 hari di bulan Syawal (selain tanggal 1 Syawal karena puasa di hari tersebut hukumnya haram) maka pahalanya seperti puasa sepanjang tahun. Dalam hal ini Imam Nawawi menjelaskan : hal tersebut dikarenakan setiap amal kebajikan mendapatkan ganjaran 10 kali lipat, puasa satu bulan Ramadhan sama dengan puasa 10 bulan, puasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan puasa 60 hari (2 bulan), jadi jika dijumlah puasa satu bulan Ramadhan plus 6 hari bulan Syawal sama dengan puasa setahun. Tapi terlepas dari angka-angka yang dijelaskan oleh Imam Nawawi tadi sesungguhnya puasa Syawal banyak memiliki hikmah, antara lain:

menunjukkan bahwa umat Muhammad meskipun usianya secara nominal pendek dibanding umat-umat terdahulu tetapi memiliki amal ibadah dan ganjaran yang banyak sehingga jika dipergunakan dengan sebaik-baiknya secara kualitas akan melebihi umur umat nabi-nabi terdahulu.

Jika hal-hal yang kurang dalam shalat fardhu bisa ditambal dengan sholat sunnah rawatib, demikian juga dengan puasa ramadhan, mungkin dalam mengerjakan puasa ramadhan ada hal hal yang kurang atau berbuat sesuatu yang bisa mengurangi puasa maka hal tersebut bisa ditambal oleh puasa sunnah Syawal. Karena amalan sunnah bisa menyempurnakan amalan fardlu.

Puasa sunnah Syawal adalah sarana untuk menumbuh kembangkan iman serta memperkokoh taqwa yang merupakan tujuan puasa seperti yang Allah firmankan Wahai orang orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas ummat ummat sebelum kamu supaya kamu sekalian menjadi orang orang yang bertaqwa

Sesungguhnya membiasakan diri untuk berpuasa setelah melaksanakan puasa Ramadhan adalah salah satu ciri diterimanya puasa Ramadhan. Karena seperti disebutkan diatas tadi bahwa salah satu cirri diterimanya amal kebajikan adalah melanjutkannya dengan amal kebajikan lain.

Demikianlah betapa banyak anugerah Allah kepada para hambanya, Anugerah Allah tidak terbatas pada bulan Ramadhan saja tetapi juga di bulan bulan lain, oleh karena itu jika ingin berbuat baik tidak perlu menunggu Ramadhan tahun depan tapi sejak berakhirnya Ramadhan tahun ini sampai Ramadhan tahun depan kita bertekad untuk selalu berusaha mempertahankan nilai nilai puasa kita, berhasilnya dan tidak nya puasa kita tergantung sejauh mana pengaruh ibadah puasa tersebut dalam kehidupan kita di luar Ramadhan.

Kita sepakat bahwa setiap perintah Allah SWT. Kepada hamba Nya seperti sholat, haji, zakat Mengandung hikmah yang semuanya bertujuan untuk membentuk muslim yang kamil, begitu juga dengan ibadah puasa, jika kita melaksanakannya dengan penuh keimanan dan kekhusyu'an maka puasa tersebut akan memberikan ekses yang baik bagi kita tapi sebaliknya jika tanpa keimanan dan penghayatan Rasul menegaskan : "berapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa2 dari puasanya kecuali lapar dan haus"

Tentunya kita tidak ingin puasa yang kita lakukan sia sia. Semoga Allah SWT. Menerima semua amal ibadah kita di bulan Ramadhan dan semoga mempertemukan kita dengan Ramadhan yang akan datang….Amiiin

Baca Selengkapnya...... Read More..

Hikmah Puasa Ramadhan


Oleh: Med Hatta
Sebagian hikmah puasa bisa dilihat dalam firman Allah yang artinya: "Agar kalian bertakwa."

Takwa adalah buah yang diharapkan dan dihasilkan oleh puasa. Buah tersebut akan menjadi bekal orang beriman dan perisai baginya agar tidak terjatuh dalam jurang kemaksiatan. Seorang ulama sufi pernah berkata tentang pengaruh takwa bagi kehidupan seorang muslim; “Dengan bertakwa, para kekasih Allah akan terlindungi dari perbuatan yang tercela, dalam hatinya diliputi rasa takut kepada Allah sehingga senantiasa terjaga dari perbuatan dosa, pada malam hari mengisi waktu dengan kegiatan beribadah, lebih suka menahan kesusahan daripada mencari hiburan, rela merasakan lapar dan haus, merasa dekat dengan ajal sehingga mendorongnya untuk memperbanyak amal kebajikan". Takwa merupakan kombinasi kebijakan dan pengetahuan, serta gabungan antara perkataan dan perbuatan.

Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terhindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri dan sebagainya.

Meskipun makanan dan minuman itu halal, kita menahan diri untuk tidak makan dan minum dari semenjak fajar hingga terbenamnya matahari, karena mematuhi perintah Allah. Begitu juga isteri kita sendiri, kita tidak mencampurinya ketika masa berpuasa demi mematuhi perintah Allah SWT.

Ayat puasa itu dimulai dengan firman Allah: "Wahai orang-orang yang beriman" dan diakhiri dengan: "Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertakwa". Jadi jelaslah bagi kita bahwa puasa Ramadhan berdasarkan keimanan dan ketakwaan. Untuk menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah kita diberi kesempatan selama bulan Ramadhan: melatih diri dari menahan hawa nafsu, makan dan minum, mencampuri isteri, menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia seperti berkata bohong, membuat fitnah dan tipu daya, merasa dengki dan khianat, memecah belah persatuan umat, dan berbagai perbuatan jahat lainnya. Rasullah SAW bersabda:"Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong kosong dan kata-kata kotor." (HR. Ibnu Khuzaimah).

Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa itu bukan saja dapat membersihkan ruhani manusia, tapi juga akan membersihkan jasmani manusia itu sendiri, puasa sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita senantiasa digunakan, boleh dikatakan alat-alat itu tidak pernah istirahat selama 24 jam. Alhamdulillah dengan berpuasa kita dapat mengistirahatkan alat pencernaan lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan efektif.

Perlu diingat, ibadah puasa Ramadhan akan membawa faedah bagi kesehatan ruhani dan jasmani kita apabila dilaksanakan sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan, jika tidak, maka hasilnya tidak seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia belaka.

Allah SWT berfirman "Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf:31)

Nabi SAW juga bersabda "Kita ini adalah kaum yang makan apabila merasakan lapar, dan makan dengan secukupnya (tidak kenyang)."

Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi sesuai keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa mudarat kepada kesehatan kita. Bisa menyebabkan badan menjadi gemuk, efek lainnya adalah mengakibatkan sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Dengan demikian maka puasa bisa dijadikan sebagai media diet yang paling ampuh dan praktis.

Puasa tidak diwajibkan sepanjang tahun, juga tidak dalam waktu yang sebentar melainkan pada hari-hari yang terbatas, yaitu hari-hari bulan Ramadan, dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Karena, jika puasa diwajibkan secara terus menerus sepanjang tahun atau sehari semalam tanpa henti, tentu akan memberatkan. Begitu juga jika hanya untuk waktu separuh hari, tentu tak akan memiliki pengaruh apa-apa, akan tetapi puasa diwajibkan untuk waktu sepanjang hari mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam, dan dalam hari-hari yang telah ditentukan.

Selain keringanan dalam masalah waktu, Allah juga membuktikan kasih sayang-Nya kepada hamba dengan memberikan keringanan-keringanan yang lain, di antaranya kepada: orang sakit (yang membahayakan dirinya jika berpuasa) dan orang yang menempuh perjalanan jauh (yang memberatkan dirinya jika melaksanakan puasa) diperbolehkan untuk berbuka dan menggantinya pada hari yang lain, sesuai dengan jumlah puasa yang ia tinggalkan.

Dengan kalam-Nya Allah telah menegaskan kepada manusia, keutamaan puasa di bulan suci Ramadhan sebagai bulan keberkahan, dimana Allah memberikan nikmat sekaligus mukjizat yang begitu agung kepada hamba-Nya berupa turunnya Al-Qur'an.

Ayat-ayat Al-Qur'an juga menjelaskan betapa Tuhan begitu dekat dengan hambanya, Ia selalu menjawab do'a mereka di mana dan kapan pun mereka berada, tidak ada pemisah antara keduanya. Maka sudah selayaknya bagi seorang muslim, untuk selalu berdo'a, memohon ampunan kepada Tuhannya, beribadah dengan tulus-ikhlas, beriman, dan tidak menyekutukan-Nya, dengan harapan Allah akan mengabulkan semua do'a dan permintaannya.

Diriwayatkan bahwa sekumpulan orang pedalaman bertanya kepada Nabi SAW : "Wahai Muhammad! Apakah Tuhan kita dekat, sehingga kami bermunajat (mengadu dan berdoa dalam kelirihan) kepada-Nya, ataukah Ia jauh sehingga kami menyeru (mengadu dan berdoa dengan suara lantang) kepada-Nya?" Maka turunlah ayat: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (QS. Al-Baqarah/2: 186)

Allah telah memberikan beberapa pengecualian bagi umat Muhammad dalam menjalankan ibadah puasa, seperti dibolehkannya seorang suami untuk memberikan nafkah batin kepada isterinya pada malam bulan Ramadhan, kecuali pada waktu I'tikaf di masjid, karena waktu tersebut adalah waktu di mana manusia seharusnya mendekatkan diri kepada Allah tanpa disibukkan dengan perkara yang lain.

Diantara hikmah puasa yang dapat dicatat juga adalah sebagai wijaa, perisai atau pelindung:
Rasulullah SAW menyuruh orang yang kuat "syahwatnya" dan belum mampu untuk menikah agar berpuasa, menjadikannya sebagai wijaa (memutuskan syahwat jiwa) bagi syahwat ini, karena puasa eksistensi dan subtansialnya adalah menahan dan menenangkan dorongan kuatnya anggota badan hingga bisa terkontrol serta seluruh kekuatan (dorongan dari dalam) sampai bisa taat dan dibelenggu dengan belenggu puasa. Telah jelas bahwa puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menjaga anggota badan yang nyata/dhahir dan kekuatan bathin. Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda "Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu ba'ah (mampu menikah dengan berbagai persiapannya) hendaklah menikah, karena menikah lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, hendaklah puasa karena puasa merupakan wijaa' (pemutus syahwat) baginya". (HR. Bukhari 4/106 dan Muslim no. 1400 dari Ibnu Mas'ud).

Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa surga diliputi dengan perkara-perkara yang tidak disenangi (seperti menahan syahwat dsb), dan neraka diliputi dengan syahwat. Jika telah jelas demikian, sesungguhnya puasa itu menghancurkan syahwat, mematahkan tajamnya syahwat yang bisa mendekatkan seorang hamba ke neraka, puasa menghalangi orang yang berpuasa dari neraka. Oleh karena itu banyak hadits yang menegaskan bahwa puasa adalah benteng dari neraka, dan perisai yang menghalangi seseorang darinya.

Bersabda Rasulullah SAW "Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim". (HR. Bukhari 6/35, Muslim 1153 dari Abu Sa'id Al-Khudry. Ada redaksi lain yaitu telah bersabda Rasulullah SAW : "tujuh puluh musim", yakni : perjalanan tujuh puluh tahun, demikian dijelaskan dalam kitab Fathul Bari 6/48).

Rasulullah SAW bersabda "Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka" (HR. Ahmad 3/241, 3/296 dari Jabir, Ahmad 4/22 dari Utsman bin Abil 'Ash. Ini adalah hadits shahih).

Dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda "Barangsiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah maka di antara dia dan neraka ada parit yang luasnya seperti antara langit dengan bumi".

Sebagian ulama telah memahami bahwa hadits-hadits tersebut merupakan penjelasan tentang keutamaan puasa ketika jihad dan berperang di jalan Allah. Namun dhahir/redaksi hadits ini mencakup semua puasa jika dilakukan dengan ikhlas karena mengharapkan ridha Allah SWT, ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam termasuk puasa di jalan Allah (seperti yang disebutkan dalam hadits ini).
itulah beberapa hikmah yang bisa dipetik selama ramadhan, semoga bermanfa'at. wallahu'alambisshawab.

Baca Selengkapnya...... Read More..

Jumat, 31 Juli 2009

Sertifikat MOS dan PHO



Baca Selengkapnya...... Read More..

Selasa, 28 Juli 2009

Mars Osis MAN 2 Kota Bekasi


Kepada para pelajar Islam
Kami datang membawa harapan
Yang merindukan kejayaan Islam
Untuk mencapai kemenangan

Disinilah kita bersama
Menyatukan diri dalam organisasi
Menghimpun dan membina kerjasama
Menuntaskan akan harapan ini

Morality dan quality
Itu adalah motto sekolah kami
Terus bergerak untuk perubahan
Itulah motto dari kami

Perubahan adalah harapan kami
Kebersamaan adalah langkah kami
Kerjasama adalah kerja kami
Itulah kami OSIS MAN 2 Kota Bekasi

Baca Selengkapnya...... Read More..
Template by : kendhin x-template.blogspot.com